Gaya Hidup dan Penampilan dalam Berkomunikasi
Gaya hidup pada asalnya dicipta oleh ahli psikologi Austria, Alfred Adler,
pada 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana difahami pada hari ini,
mula digunakan sejak 1961.
Dalam bidang sosiologi, gaya hidup ialah cara bagaimana
seseorang hidup. Gaya hidup ialah kumpulan ciri tingkah laku yang bererti
kepada kedua-dua orang-orang lain dan diri sendiri dalam sesuatu masa dan
tempat, termasuk hubungan
sosial, penggunaan, hiburan, danpakaian. Tingkah laku dan amalan dalam gaya
hidup merupakan campuran tabiat,
cara lazim membuat sesuatu, serta tindakan berdasarkan logik. Gaya hidup
biasanya membayangkan sikap, nilai,
dan pandangan
dunia seseorang.
Justera, gaya hidup ialah cara untuk memupuk konsep kendiri serta mencipta simbol kebudayaan yang menggemakan identiti
peribadi. Namun bukan semua aspek gaya hidup bersifat sukarela pada sepenuhnya.
Sistem-sistem sosial dan teknikal di sekeliling boleh menyekat pilihan gaya
hidup serta simbol yang dapat digunakan untuk menonjolkan gaya hidup kepada
orang-orang lain dan diri sendiri.
Sempadan antara identiti peribadi dengan
perbuatan sehari-hari yang menandakan sesuatu gaya hidup semakin kabur dalam
masyarakat model. Misalnya, "gaya hidup hijau" bermakna memegang
kepercayaan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan kurang sumber
serta menghasilkan kurang sisa yang berbahaya (iaitu jejak karbon yang lebih kecil) dan mencapai
penghargaan diri menerusi pemegangan kepercayaan dan pembuatan
kegiatan-kegiatan tersebut. Sesetengah pengulas mendebat bahawa dalamkemodenan,
asas pembinaan gaya hidup ialah tingkah laku penggunaan yang menawarkan
kemungkinan untuk mencipta dan membezakan diri lagi menerusi produk dan
perkhidmatan yang menandakan gaya hidup yang berbeza.
Mengatur Waktu
Bagi orang-orang
sibuk tidak pernah merasa cukup waktu padahal semua waktu tersedia, dan keluhan
mengenai kurangnya waktu sebenarnya mustahil. Waktu adalah komoditi yang lentur
dan terus menerus, masalahnya adalah bukan bagaimana mendapatkan ”Waktu Lebih” tetapi
bagaimana memanfaatkan waktu yang ada dengan lebih berarti dan lebih memuaskan.
Idealnya semua aktivitas yang kita lakukan akan mencapai tujuan jika dilakukan dengan cara yang efektif dan juga sederhana untuk mengatur skala prioritas. Semakin banyak aktivitas yang membantu dalam melangkah mencapai tujuan, semakin berbobot aktivitas tersebut semakin tinggi skala prioritasnya.
Idealnya semua aktivitas yang kita lakukan akan mencapai tujuan jika dilakukan dengan cara yang efektif dan juga sederhana untuk mengatur skala prioritas. Semakin banyak aktivitas yang membantu dalam melangkah mencapai tujuan, semakin berbobot aktivitas tersebut semakin tinggi skala prioritasnya.
Faktor-Faktor Keberhasilan yang Menunjang Karier
Bila seseorang ingin meniti karier menuju jenjang karier yang lebih tinggi, dapat juga belajar dari pengalaman orang lain yang positif, walaupun tidak harus sama, namun tetap dapat dijadikan pegangan. Untuk itu dapat dikemukakan faktor penentu keberhasilan sebagai berikut :
A.
Job description sebagai pegangan
Seseorang harus
selalu bekerja keras atas dasar job description yang sesuai dengan fungsinya.
B.
Memiliki keterampilan dasar (basic skill)
yang prima
Perlu diyakini bahwa pengetahuan dasar (basic skill) itu penting untuk dikuasai dan dipelihara terus. Keterampilan tersebut menuntut ketepatan, kecepatan, kerapian dan ketelitian.
Perlu diyakini bahwa pengetahuan dasar (basic skill) itu penting untuk dikuasai dan dipelihara terus. Keterampilan tersebut menuntut ketepatan, kecepatan, kerapian dan ketelitian.
C.
An
iron will in the velvet voice
Di dalam pemakaian
bahasa lisan harus diyakini bahwa “suara” mempunyai pengaruh yang besar. Nada
yang ramah dan bersahabat menimbulkan kesan bahwa kita bersedia membantu lawan
bicara.
D.
Agenda kerja
Buku agenda untuk
mencatat dan mengingat-ingat acara maupun tugas yang harus dilakukan oleh
atasan kita.
E.
Kekompakan sebagai team, dengan atasan dan
rekan-rekan
Perlu dimengerti
bahwa atasan, mungkin tinggi jabatannya, makin berat tanggung jawabnya dan
makin banyak keputusan yang harus dibuatnya. Demikian pula loyalitas dengan
rekan-rekan membantu untuk menggalang persatuan.
Penampilan Serasi
Lambang – lambang Dalam Komunikasi
Penampilan Serasi
Untuk berkomunikasi secara baik, ada banyak faktor yang
menentukan keberhasilan berkomunikasi. Selain kemampuan membuat ide atau
gagasan, situasi dan pihak-pihak yang terkait, penampilan juga menjadi salah
satu hal yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Penampilan yang menarik,
segar, dan serasi akan turut menunjang suksesnya berkomunikasi dengan orang
lain.
Lambang – lambang Dalam Komunikasi
1.
Lambang gerakan tubuh dan gerakan anggota badan
2. Lambang gambar dan huruf serta angka-angka (
rambu-rambu lalu lintas)
3. Lambang benda-benda tertentu (seperti pemberian
bunga sebagai bentuk rasa simpati)
4. Lambang warna (misal, warna hitam untuk suasana
sedih)
Riset komunikasi biasanya tertuju pada empat aspek dalam
proses komunikasi, yaitu komunikator (communicator), pesan (message), saluran
(channel), dan audiens. Dalam riset kebahasaan, komunikator adalah juga pesan
kalau tidak dalam bentuk kata-kata, gambar atau tanda menjadi kode atau simbol.
Orang yang berperan sebagai audiens dikenal sebagai penerjemah kode-kode,
simbol dan sebagainya yang disebut dekoder.
Sebuah pesan yang diyakini dan nilai-nilai yang ditanamkan bisa mengalami distorsi atau disalahartikan (misinterpreted). Bila interpretasi yang salah diambil alih oleh orang lain, hal ini disebut dissonance.
Disonansi dapat terjadi karena distraksi antara sumber dan audiens, hambatan (channel noise). Hambatan kedua adalah semantic noise, yaitu hambatan mencapai saling pengertian yang disebabkan oleh faktor kebahasaan. Dalam hal ini, tingkat kerangka referensi antara komunikator dan komunikan tidak sama.
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam proses komunikasi adalah apa yang disebut non-verbal communication, atau dikenal dengan istilah silent language. Proses komunikasi ini terjadi melalui body language, seperti ekspresi wajah, gerakan mata, pakaian, kosmetik, kualitas suara, dan lainnya.
Teknik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan dan anjuran.
Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atua efek tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklarifikasikan menurut kadarnya, yaitu :
Sebuah pesan yang diyakini dan nilai-nilai yang ditanamkan bisa mengalami distorsi atau disalahartikan (misinterpreted). Bila interpretasi yang salah diambil alih oleh orang lain, hal ini disebut dissonance.
Disonansi dapat terjadi karena distraksi antara sumber dan audiens, hambatan (channel noise). Hambatan kedua adalah semantic noise, yaitu hambatan mencapai saling pengertian yang disebabkan oleh faktor kebahasaan. Dalam hal ini, tingkat kerangka referensi antara komunikator dan komunikan tidak sama.
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam proses komunikasi adalah apa yang disebut non-verbal communication, atau dikenal dengan istilah silent language. Proses komunikasi ini terjadi melalui body language, seperti ekspresi wajah, gerakan mata, pakaian, kosmetik, kualitas suara, dan lainnya.
Teknik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan dan anjuran.
Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atua efek tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklarifikasikan menurut kadarnya, yaitu :
1. Dampak Kognatif
Adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Dengan kata lain tujuan
komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
2. Dampak Afektif
Tujuan komunikator bukan hanya upaya komunikan tahu, tetapi
tergerak hatinya, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan
sebagainya.
3. Dampak Behavioral
Dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku,
tindakan atau kegiatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar